Banyak remaja (terutama remaja wanita) yang melakukan hubungan seks bukan karena mereka secara fizikal ingin melakukannya, namun hanya karena mereka percaya bahwa mereka perlu memberikan kepuasan seksual kepada teman lelakinya agar tetap mencintai mereka. Mereka berfikir bahwa seks merupakan bukti cinta, mungkin juga karena pasangannya selalu mengatakan perkara-perkara yang sedemikian.
Malangnya, pada beberapa kes, setelah mendapatkan seks, si lelaki justru memutuskan hubungan dan menganggap pasangannya "bukan wanita yang baik-baik". Perkara ini tentu sangat tidak adil bagi si wanita. Kalaupun pada saat melakukan hubungan seks si lelaki menggunakan kondom sebagai proteksi terhadap kehamilan dan infeksi jangkitan seksual, masih ada satu hal yang tidak boleh diproteksi, yaitu hati dan perasaan. Tentu, ditinggalkan kekasih hati akan terasa sangat menyakitkan, apalagi bila kita sudah merasa menyerahkan segala-galanya pada si dia.
Karena itulah, kita harus berfikir seribu kali sebelum mengatakan "ya" pada hubungan seksual sebelum pernikahan. Fikirkan lagi konsekuensi yang boleh terjadi pada diri kita dan pasangan kita. Jangan mau jadi korban, dan jangan membuat orang lain menjadi terkorban dari perilaku kita yang tidak bertanggung jawab. Kalau kita memang benar-benar cinta, tentunya kita akan sabar untuk menunggu saat yang paling tepat untuk melakukan hubungan seks (selepas pernikahan), dan tidak akan dengan mudah mengatasnamakan cinta demi seks atau seks demi cinta.
Nah dengan ini, kita mesti ingat bahwa masa remaja ini masa belajar, begitu juga dalam perkara tentang cinta. Selain menyikapinya dengan wajar, jangan lupa untuk menikmatinya. Jatuh cinta di masa remaja semestinya membawa kesenangan yang sifatnya positif bagi kedua belah pihak. Membuat kita lebih semangat belajar di sekolah dan menatap dunia dengan lebih cerah.
Makanya, kalau anda merasa bahwa pasangan anda (atau